Jalan menuju Kawah Ijen dari Banyuwangi kami mengambil rute menuju ke Kecamatan Licin kemudian diteruskan ke Paltuding. Paltuding merupakan tempat untuk memulai pendakian ke Kawah Ijen. Dari Banyuwangi kota ke Kecamatan Licin berjarak kurang lebih 20km dengan kondisi jalan naik turun karena terhitung sudah memasuki daerah pegunungan Ijen. Sedangkan dari Licin menuju Paltuding, jalan semakin menanjak dan berkelok-kelok yang berjarak sekitar 20km juga. Untungnya pada saat itu, jalanan sudah di aspal halus, jadi kami tidak mengalami kesulitan yang berarti.
Di paltuding, sebenarnya tersedia penginapan. Tapi saat itu penginapan sudah full booking. Petugas di Paltuding menawarkan kami tenda lengkap dengan sleeping bag yang bisa disewa untuk beristirahat sebelum malamnya melakukan pendakian ke Kawah Ijen. Kami memutuskan untuk setuju menyewa tenda dan sleeping bag saja, karena menurut petugas, penginapan terdekat selain yang ada di paltuding masih berjarak 15km lagi.
Saat itu masih sore hari, udara sudah terasa dingin. Dan menjelang malam, semakin terasa dingin. Saat itu suhunya tercatat 13°C dan mungkin akan lebih dingin lagi ketika tengah malam. Gunung Ijen yang memiliki ketinggian 2.443mdpl ini memang dikenal memiliki cuaca ekstrim. Di musim kemarau, suhunya bisa lebih dingin dari ini. Setelah makan malam, kami langsung istirahat untuk nanti melakukan pendakian pada tengah malam.
Pukul 01.00 kami sudah siap untuk mendaki. Pendakian dilakukan tengah malam karena kami ingin melihat blue fire atau api biru yang ada di Kawah Ijen. Blue fire hanya terlihat pada saat gelap saja, pada saat terang bulan pun bisa membuat blue fire hanya terlihat samar-samar. Kita patut berbangga memiliki blue fire karena hanya ada 2 di dunia, yaitu di Islandia dan Indonesia saja.
Kami tidak sendiri, banyak juga wisatawan domestik dan mancanegara yang mendaki. Tak hanya itu, para penambang belerang juga sudah mulai berangkat melakukan tugasnya. Kawah Ijen memproduksi belerang yang mana belerang-belerang itu setiap harinya diangkut oleh para penambang. Setiap penambang bisa mengangkut sekitar 80kg belerang dengan cara dimasukkan dalam keranjang dan dipikul. Belerang itu nantinya ditimbang dan hanya dihargai Rp. 600/kg.
Dari Paltuding menuju Kawah Ijen berjarak sekitar 3km yang bisa ditempuh sekitar 1,5-2jam jalan kaki. Track pertama yang kami lalui, medannya cukup berat. Tanjakan yang curam, berpasir dan agak licin. Jadi kami harus mencondongkan badan kedepan agar langkah kami tidak tergelincir dan merosot ke belakang. Sesekali juga kami berhenti untuk mengatur nafas yang terengah-engah dan memijit-mijit kaki yang lumayan pegal juga.
Setelah 2km kami tempuh dengan jalan yang cukup menanjak, kami sampai di Pos Bunder. Pos bunder adalah tempat beristirahat bagi para pendaki juga para penambang. Disana juga terdapat warung, tapi karena pada saat itu hari masih malam, warung masih tutup. Jadi kami hanya beristirahat dengan duduk-duduk dan menikmati bekal yang kami bawa sendiri. Begitu juga dengan para penambang. Mereka juga beristirahat dan menikmati makanan yang mereka bawa sendiri.
Dari Pos Bunder, jalan sudah agak landai tidak terlalu menanjak seperti sebelumnya. Tapi di 1km terakhir ini bau belerang sudah mulai tercium. Kami mulai memakai masker yang sudah kami siapkan. Semakin lama, bau belerang semakin menusuk dan sedikit mengganggu pernafasan dan penglihatan kami. Dengan masker yang menutup mulut dan hidung, kami mencoba mengatur nafas. Mata juga mulai pedih karena semakin lama asap belerang semakin tebal dan pekat seperti kabut.
Sesampainya di Kawah Ijen, disana sudah banyak wisatawan yang juga ingin menikmati blue fire dan sunrise. Ramai sekali. Kami mulai mencari tempat yang strategis untuk menikmati blue fire. Kami memilih tempat yang agak tertutup tebing dibelakangnya agar kami tidak langsung terkena angin gunung. Semakin lama, udara terasa semakin dingin karena kami tidak melakukan kegiatan lain selain duduk dan memandang blue fire.
Tak lama, matahari mulai menampakkan diri di ufuk timur tapi itu tak cukup untuk menghangatkan tubuh kami. Kami mulai berjalan mengitari kaldera dan mengabadikan momen itu. Beberapa saat sudah kami lewati, lalu kami turun kembali ke Paltuding.
Di perjalanan turun, hari sudah mulai terang. Pemandangan sekitar mulai terlihat jelas. Gugusan gunung lain disekitar Gunung Ijen, juga hijaunya pepohonan yang menambah sejuknya pagi itu. Sesampainya di Pos Bunder, disana sudah ramai orang-orang yang sedang beristirahat. Warung pun sudah buka. Ternyata di Pos Bunder juga merupakan tempat para penambang menimbang belerang yang mereka pikul. Terdapat juga beberapa kerajinan yang terbuat dari belerang diperjual belikan disana.
Menuruni Gunung Ijen tidak membutuhkan waktu lama seperti waktu menaikinya. Hanya sekitar 1jam jalan kaki, kami sudah sampai di Paltuding. Hanya saja kaki terasa lebih pegal dari sebelumnya. Mungkin karena saat turun, kaki lebih menopang seluruh berat badan.
Di Paltuding kami beristirahat sebentar. Menikmati teh hangat dan sarapan yang dijual di warung sekitar area parkir Paltuding. Tak lama setelahnya, kita berkemas dan kembali melanjutkan perjalanan menuju Taman nasional Merubetiri.
NOTE:
- jika mengunjungi ijen usahakan membawa kamera digital yang di sertai dengan feature manual dan blits seperti saya hanya membawa actioncam dan banyak momen indah yang tak ter ambil.
- membawa jaket tebal dan masker adalah harga mati
- Tiket masuk kawah ijen Rp. 2000,-
- kamera Rp 3000,-
- Tenda + sleeping bag: Rp. 100.000,-
Eky flowly
Latanza Firdaus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar